SOLUSI BARANG TIDAK LAKU DALAM BISNIS FASHION

Adalah sesuatu yang wajar bahwa dalam proses penjualan sebuah.koleksi busana tentunya akan ada produk yang.penjualannya lambat (slow moving product) dan ada yang tidak laku (dead stock) karena beragam faktor,  mulai dari harganya yang.mahal, fittingnya yang nggak nyaman, broken size, atau pilihan warna/corak/bahannya yang dianggap"aneh" atau tidak pas.

Untuk itu tentunya harus diambil sebuah solusi, bukan? Sebab, bilamana tindakan ini  tidak dilakukan, bukankah masalah ini akan menganggu perputaran uang dan juga memberi citra negatif ke customer karena barang yang dijualnya seolah tidak pernah berganti?

Bagaimanapun, sebuah produk itu punya sebuah sebuah siklus umur (life cycle), termasuk juga barang fashion, semi fashion/updated dan basic yang umumnya memang lebih bertahan lama.

Bagaimanapun sebuah area jual juga harus selalu terlihat fresh, punya barang baru (new arrival) dan barang fashion utk tema sebuah koleksi, yang menjadi daya tarik semacam make up yang bisa membuat seorang wanita menjadi cantik. Karena itulah dalam rencana pengadaan dan perhitungan target sales dan margin keuntungan yang ingin dicapai, biasanya selalu diperhitungkan juga budget mark down (kerugian akibat diskon/turun harga) selain budget untuk repeat order

Nah, untuk pemecahan masalah barang tidak laku biasanya langkah yang diambil juga banyak tergantung pada jenis barang yang mau dicarikan solusinya.

1. Bilamana brand yang bersangkutan memiliki beberapa outlet yang tipe customernya berbeda, maka barang yang tidak laku di outlet di mall A bisa saja dipindahkan distribusinya dari mall A ke mall B karena di mall B dia bisa diterima customer. Karena itulah dalam distribusi produk, pemilik brand juga harus memperhitungkan model yang bisa diterima di tiap tempat, warna dan size yang laku dan range harga yang biasanya mudah terjual.
2. Untuk barang fashion yang trendnya cepat menghilang biasanya memang perlu segera diambil tindakan seperti diskon dengan tingkat kenaikan bertahap sampai maksimal 6 bulan, atau dipikirkan cara lain dengan misalnya trik marketing dapat bonus sesuatu untuk setiap pembelian produk itu. Umumnya dalam waktu satu bulan biasanya pihak brand sudah bisa memprediksi sebuah produk akan laku atau tidak dan biasanya sudah langsung ambil tindakan diskon 20%.
3. Untuk produk semi fashion yang umumnya mengambil sebuah porsi terbesar dalam sebuah koleksi, umumnya diskon 20% sudah dilakukan setelah produk berumur 3 bulan, dan bulan selanjutnya bisa aja naik sampai 50% dan diskon 70% saat cleareance setelah 6 bulan.
4. Untuk brand yang tidak mau melakukan diskon 70% di outlet jual mereka demi menjaga citra brand, biasanya sebuah brand mapan sdh punya cara tersendiri dengan menjualnya di outlet di pinggir kota atau ikut dalam sebuah branded  bazaar.
5. Untuk barang basic yang usianya setahun biasanya juga diambil sebuah action penurunan harga yang dikemas dalam jual sistem paket dengan label penawaran khusus mengingat produk yang terlalu lama juga bisa berakibat kotor. Dan barang basic bagaimana pun  juga perlu j ada sedikit pembaharuan dengan misalnya mengganti jenis bahannya supaya terlihat kekinian walaupun potongannya nggak banyak berubah.

Ada beragam trik untuk membuat sebuah produk yang diobral menarik dengan cara label coret  yang menampilkan harga lama dan harga baru setelah ada pemotongan harga), ada juga sistem beli 2 gratis 1 dan lainnya.

Apapun strategi yang Anda.pilih semuanya tergantung kepandaian Anda menentukan jenis promo apa yang disukai customer Anda. (Harry Gunawan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15 KARAKTER ENTREPRENUER YANG BAIK

MENDESAIN BUSANA DARI IDE KE PROTOTYPE

MERCHANDISE MIX