MENDESAIN BUSANA DARI IDE KE PROTOTYPE
MENDESAIN BUSANA: DARI IDE KE PROTOYPE. Kalau kamu termasuk seorang penggemar dunia mode tentunya kamu pernah melihat bagaimana sebuah koleksi desainer beken kelas dunia di peragakan model2 keren di atas runway, bukan? Tahukah kamu bagaimana proses pembuatan busana keren itu sampai ke panggung?
Nah, buat yang penasaran, pengen tau bagaimana sebuah contoh baju berikut ini saya bagikan.pengalaman saya selama bekerja di industri mode.
Tentunya ini bukan.proses.baku karena.setiap individu atau.perusahaan.pastinya juga punya kerja tersendiri yang disesuaikan dengan budaya kerja, financial support dan jenis usaha yang.ditekuninya.
Yang jelas semua berangkat dari target customer atau customer profile yang kamu sasarkan menjadi.konsumenmu. Kalo kamu menyasar konsumen remaja wanita kelas menengah, misalnya, tentu semua desain akan diarahkan.untuk membuat busana.yang mereka.sukai, nyaman, berkualitas,.value for money dan sesuai dengan gaya.hidup mereka bukan? Jadi nggak mungkin kan membuat pakaian remaja cewek tapi gayanya buat Tante2.
Nah, soal.ide tentunya.bisa.datang dari mana aja. Bisa.dari melihat info trend forecast di biro biro fashion forecasting, bisa dari melihat hal hal menarik yang dilihat sehari hari dari kehidupan.atau.gaya.fashion.jalanan.
Nah, setelah ide didapat mulailah dibuat mood.board,.semacam.kolase pegangan buat para desainer menangkap mood atau aura koleksi busana yamg mau didesain. Dan dari sinilah mulai dibuat illustrasi atau sketsa mode yang diinginkan yang tentunya sudah.disesuaikan dengan jenis bahan atau corak busananya
Sketsa mode ini biasanya disesuaikan dengan season (musim) , satu kesatuan tema dan occassion dimana busana itu akan dikenakan.
Semua sketsanya tentunya bukan gambar biasa tapi sebuah imajinasi dari desainer untuk membuat busana yang dia yakin bisa diwujudkan. Selanjutnya dari illustrasi desain yang sudah disepakati dengan beberapa pedoman dari desainer ini mulailah dibuat pola/pattern making dan gambar desain produksi berikut ukuran detil yang sekarang ini sdh digunakan komputer untuk membuatnya.
Adapun untuk desain bahan yang bercorak, print, batik atau yarn dyed, tentunya butuh waktu yang berbeda dan terkadamg ada minimum qty bisa kita.produksi.
Nah, setelah.proses desain bahan ini selesai mulailah masuk ke tahap pembuatan contoh dan fitting dengan menguji kembali apakah jatuh pakaiannya.sudah baik . Semuanya berpatokan kepada.standard.size tiap brand yang diwakili standard size manneguin mereka sendiri dan disesuaikan dengan gambar produksi.
Nah, kalo semua ini sudah approved, maka jadilah yang namanya prototype, sample/contoh standard produksi untuk standarisasi bahan, jahitan, aksesori, pemasangan label, dan.packaging.
Nah, yang kamu lihat di atas panggung di pentas fashion.dunia.itu semua nggak lebih hanya sample baju yang.dipake.model dan ditonton.oleh para buyer dari berbagai dept store, independent store sampai ke jenis fashion outlet dari seluruh dunia. Mereka ini adalah wakil dari tempat usaha.yang dipercaya untuk memutuskan item fashion mana kreasi sang perancang yang mau dibeli.
Cerita ini tentu nggak selesai begitu aja. Boleh jadi sang buyer punya special request untuk memenuhi selera customer di negaranya untuk merubah sedikit detail ukurannya, misalnya, yang disesuaikan dengan customer dari mana dia berasal tentunya.
Nah, setelah semua.order approved, barulah masuk ke tahap produksi yang melibatkan bagian quality dan.diakhiri dengan.packaging produk.
Ya begitulah kira kira perjalanan terciptanya sepotong busana.
Tertarik.mau jadi fashion designer? Kenapa tidak? (Harry Gunawan)
.
Nah, buat yang penasaran, pengen tau bagaimana sebuah contoh baju berikut ini saya bagikan.pengalaman saya selama bekerja di industri mode.
Tentunya ini bukan.proses.baku karena.setiap individu atau.perusahaan.pastinya juga punya kerja tersendiri yang disesuaikan dengan budaya kerja, financial support dan jenis usaha yang.ditekuninya.
Yang jelas semua berangkat dari target customer atau customer profile yang kamu sasarkan menjadi.konsumenmu. Kalo kamu menyasar konsumen remaja wanita kelas menengah, misalnya, tentu semua desain akan diarahkan.untuk membuat busana.yang mereka.sukai, nyaman, berkualitas,.value for money dan sesuai dengan gaya.hidup mereka bukan? Jadi nggak mungkin kan membuat pakaian remaja cewek tapi gayanya buat Tante2.
Nah, soal.ide tentunya.bisa.datang dari mana aja. Bisa.dari melihat info trend forecast di biro biro fashion forecasting, bisa dari melihat hal hal menarik yang dilihat sehari hari dari kehidupan.atau.gaya.fashion.jalanan.
Nah, setelah ide didapat mulailah dibuat mood.board,.semacam.kolase pegangan buat para desainer menangkap mood atau aura koleksi busana yamg mau didesain. Dan dari sinilah mulai dibuat illustrasi atau sketsa mode yang diinginkan yang tentunya sudah.disesuaikan dengan jenis bahan atau corak busananya
Sketsa mode ini biasanya disesuaikan dengan season (musim) , satu kesatuan tema dan occassion dimana busana itu akan dikenakan.
Semua sketsanya tentunya bukan gambar biasa tapi sebuah imajinasi dari desainer untuk membuat busana yang dia yakin bisa diwujudkan. Selanjutnya dari illustrasi desain yang sudah disepakati dengan beberapa pedoman dari desainer ini mulailah dibuat pola/pattern making dan gambar desain produksi berikut ukuran detil yang sekarang ini sdh digunakan komputer untuk membuatnya.
Adapun untuk desain bahan yang bercorak, print, batik atau yarn dyed, tentunya butuh waktu yang berbeda dan terkadamg ada minimum qty bisa kita.produksi.
Nah, setelah.proses desain bahan ini selesai mulailah masuk ke tahap pembuatan contoh dan fitting dengan menguji kembali apakah jatuh pakaiannya.sudah baik . Semuanya berpatokan kepada.standard.size tiap brand yang diwakili standard size manneguin mereka sendiri dan disesuaikan dengan gambar produksi.
Nah, kalo semua ini sudah approved, maka jadilah yang namanya prototype, sample/contoh standard produksi untuk standarisasi bahan, jahitan, aksesori, pemasangan label, dan.packaging.
Nah, yang kamu lihat di atas panggung di pentas fashion.dunia.itu semua nggak lebih hanya sample baju yang.dipake.model dan ditonton.oleh para buyer dari berbagai dept store, independent store sampai ke jenis fashion outlet dari seluruh dunia. Mereka ini adalah wakil dari tempat usaha.yang dipercaya untuk memutuskan item fashion mana kreasi sang perancang yang mau dibeli.
Cerita ini tentu nggak selesai begitu aja. Boleh jadi sang buyer punya special request untuk memenuhi selera customer di negaranya untuk merubah sedikit detail ukurannya, misalnya, yang disesuaikan dengan customer dari mana dia berasal tentunya.
Nah, setelah semua.order approved, barulah masuk ke tahap produksi yang melibatkan bagian quality dan.diakhiri dengan.packaging produk.
Ya begitulah kira kira perjalanan terciptanya sepotong busana.
Tertarik.mau jadi fashion designer? Kenapa tidak? (Harry Gunawan)
.
Komentar
Posting Komentar