REPOTNYA JADI FASHION DESIGNER

Buat anak muda,  dunia mode itu tak ubahnya dunia hiburan. Dari luar semuanya terlihat gemerlap. Layaknya sebuah panggung hiburan, di atas pentas peragaan busana, kita disuguhkan aneka pemandangan yang sungguh menyegarkan mata. Mulai  dari penampilan busana yang cantik, wajah yang tampan dengan body aduhai  sampai penampilan selebriti yang tak jarang jadi primadona peragaan,  semuanya muncul berbarengan di atas pentas, khususnya di akhir peragaan bersama , siapa lagi kalau  bukan, desainer pakaiannya.

Sudah bukan hal yang aneh lagi kalau anak muda banyak yang tertarik dengan profesi fashion designer  yang di mata mereka kerjanya nyantai,  seru , lekas terkenal dan punya banyak kenalan selebritis.

Mereka lupa bahwa di balik setiap peragaan busana yang gemerlap, di sana ada juga sebuah kerja keras dan kerja panjang yang melelahkan dari sebuah tim desain bersama koreografer, model, penata rias dan sound lighting serta show coordinator.  Tak jarang pula sebuah koleksi busana itu harus dipersiapkan tiga sampai enam bulan sebelumnya. Betapa tidak. Seorang fashion designer yang benar memang mempunyai tanggung jawab profesi akan kerjanya sebagai desainer yang salah satunya ya diibuktikan dengan rutin mengeluarkan koleksi busana terbaru dan mengadakan peragaan busana sesuai tema season-nya.

Tidak bisa rasanya seorang  anak muda yang baru lulus sekolah mode atau kursus dengan mudahnya menyebut dirinya fashion designer hanya karena dia sdh bisa mendesain baju dan membuatnya. Lama kelamaan seorang fashion illustrator atau dressmaker bisa juga dong disebut fashion designer?. Bisa aja sih mereka menyebut diri mereka begitu, tapi pada akhirnya pengakuan sejati bukankah datang dari pengakuan orang lain yang ada di sekitarnya?

Seorang desainer sejati harus mempunyai sebuah identitas desain yang menjadi trade marknya. Nggak bisa semua elemen color, corak atau siluet dan detil fashion  yang sedang trend dimasukkan ke dalam rancangannya. Mengapa tidak?  Masalahnya tidak semua yang trend itu cocok dengan target customernya dan cocok denga ciri khas desain serta tema koleksinya. Belum lagi mereka harus memperhitungkan daya pakai dan daya jual serta hanger appeal koleksinya agar saat diresentasikan di toko atau panggung bisa menarik untuk dibeli.

Pada akhinya,  kesuksesan seorang fashion designer itu memang banyak ditentukan oleh banyak  tidaknya koleksi busana yang dibuat dan diproduksi bisa terjual karena cocok di hati customer. Karena itulah desainer yang cerdas biasanya selalu punya business manager yang kuat. Nggak mungkin rasanya sang desainer harus juga super dalam hal bisnis karena konsentrasi dia sdh fokus ke hal kreatif.

Nah, peran business manager inilah sebetulnya yang harus mau didengar inputnya oleh sang desainer. Betapa tidak? Business manager adalah orang yang selalu menganalisa style, color, price, fabric spa yang disukai customer. Dia adalah mitra bisnis yang saling melengkapi. Sudah bukan hal yang aneh kalau desainer yang nggak mau mengikuti arah bisnis customer needs and wants biasanya nggak bisa survive di fashion industry.

Karena itulah selain kematangan konsep dan kreatifitas membuat koleksi, seorang anak muda yang mau jadi desainer "betulan" harus belajar menekan ego, bukan apa yang aku suka tapi apa yang client mau dengan gayaku.

Selamat datang di dunia realita. (Harry Gunawan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15 KARAKTER ENTREPRENUER YANG BAIK

MENDESAIN BUSANA DARI IDE KE PROTOTYPE

MERCHANDISE MIX