MEMASANG HARGA PAKAIAN JADI YANG EFEKTIF DAN EFISIEN
Pemilihan harga jual yang pas untuk sebuah produk fashion yang dijual dan dipajang/di-display, sudah barang tentu sedikit banyak akan menjadi faktor penentu suksesnya produk yang dijual , selain tentunya juga desain produknya yang sudah sepatutnya menarik. Maklum, di tengah kompetisi dan kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih, faktor harga yang dianggap layak dibeli akan menjadi keputusan seorang customer untuk berbelanja. Jangan kaget bilamana setiap ada promo, maka harga jual yang menarik untuk penawaran barang harga spesial maupun diskon sering ditulis cukup besar (eye catching) untuk menarik kesan pertama pembeli. Karena itulah retailer yang cerdas biasanya sudah punya strategi yang tepat dalam menyusun daftar harga produk yang dijualnya di lantai jual.
Secara umum, biasanya sebuah fashion brand membagi harganya ke dalam tiga kelompok "jangkauan harga" atau price range yang dibagi ke dalam kelompok Low Price Range, Middle Price Range dan High Price Range untuk tiap kategori produknya mulai dari atasan/Top, bawahan/Bottom dan aksesori. Semua Price Range ini punya harga/price point terendah sampai tertinggi untuk tiap kategorinya. Adapun besaran komposisi di lantai jual untuk tiga Price Range itu akan sedikit banyak ditentukan oleh target market customer yang disasar dan kemampuan beli di wilayah dimana outlet brand itu berada.
Akan halnya price point yang tepat, semuanya banyak tergantung pada jenis barangnya (fashion/semi fashion/basic) dan target margin yang ingin dicapai. Yang pasti untuk tiap kategori produk biasanya tidaklah banyak price point yang ditawarkan supaya customer/pramuniaga juga mudah mengidentifikasikan dan penataan pemasangan harga untuk visual displaynya juga mudah di dalam pengelompokkannya. Karena itulah, untuk menjual T Shirt, misalnya, hanya ada tiga price point, untuk T Shirt Polos (basic), T Shirt Print dan T Shirt Fashion.
Adapun untuk penentuan harga jualnya sendiri, biasanya, tiap brand punya kebijaksanaan yang berbeda, tergantung sistem operasionalnya di lapangan. Ada brand yang lebih suka memakai harga bulat seperti Rp 100.000, tapi ada juga yang lebih suka memakai harga Rp 99.900,- dengan pertimbangan terkesan masih di bawah Rp 100.000,- sehingga secara psikologis kelihatannya lebih murah.
Nah, apapun keputusan price point yang Anda pilih, pastikan untuk tiap kategorinya jangan ada banyak harga yang terkesan membingungkan karena customer sendiri tidak mau tau urusan harga beli Anda dan target margin Anda. Maklum, buat mereka harga yang yang pas buat kualitas barang yang ada dengan desain yang menarik itulah yang akan mereka pilih untuk dibeli. (Harry Gunawan)
Pemilihan harga jual yang pas untuk sebuah produk fashion yang dijual dan dipajang/di-display, sudah barang tentu sedikit banyak akan menjadi faktor penentu suksesnya produk yang dijual , selain tentunya juga desain produknya yang sudah sepatutnya menarik. Maklum, di tengah kompetisi dan kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih, faktor harga yang dianggap layak dibeli akan menjadi keputusan seorang customer untuk berbelanja. Jangan kaget bilamana setiap ada promo, maka harga jual yang menarik untuk penawaran barang harga spesial maupun diskon sering ditulis cukup besar (eye catching) untuk menarik kesan pertama pembeli. Karena itulah retailer yang cerdas biasanya sudah punya strategi yang tepat dalam menyusun daftar harga produk yang dijualnya di lantai jual.
Secara umum, biasanya sebuah fashion brand membagi harganya ke dalam tiga kelompok "jangkauan harga" atau price range yang dibagi ke dalam kelompok Low Price Range, Middle Price Range dan High Price Range untuk tiap kategori produknya mulai dari atasan/Top, bawahan/Bottom dan aksesori. Semua Price Range ini punya harga/price point terendah sampai tertinggi untuk tiap kategorinya. Adapun besaran komposisi di lantai jual untuk tiga Price Range itu akan sedikit banyak ditentukan oleh target market customer yang disasar dan kemampuan beli di wilayah dimana outlet brand itu berada.
Akan halnya price point yang tepat, semuanya banyak tergantung pada jenis barangnya (fashion/semi fashion/basic) dan target margin yang ingin dicapai. Yang pasti untuk tiap kategori produk biasanya tidaklah banyak price point yang ditawarkan supaya customer/pramuniaga juga mudah mengidentifikasikan dan penataan pemasangan harga untuk visual displaynya juga mudah di dalam pengelompokkannya. Karena itulah, untuk menjual T Shirt, misalnya, hanya ada tiga price point, untuk T Shirt Polos (basic), T Shirt Print dan T Shirt Fashion.
Adapun untuk penentuan harga jualnya sendiri, biasanya, tiap brand punya kebijaksanaan yang berbeda, tergantung sistem operasionalnya di lapangan. Ada brand yang lebih suka memakai harga bulat seperti Rp 100.000, tapi ada juga yang lebih suka memakai harga Rp 99.900,- dengan pertimbangan terkesan masih di bawah Rp 100.000,- sehingga secara psikologis kelihatannya lebih murah.
Nah, apapun keputusan price point yang Anda pilih, pastikan untuk tiap kategorinya jangan ada banyak harga yang terkesan membingungkan karena customer sendiri tidak mau tau urusan harga beli Anda dan target margin Anda. Maklum, buat mereka harga yang yang pas buat kualitas barang yang ada dengan desain yang menarik itulah yang akan mereka pilih untuk dibeli. (Harry Gunawan)
Komentar
Posting Komentar