LIMA KESALAHAN UMUM DALAM BISNIS MODE. Untuk memberikan hasil penjualan yang maksimal dalam menjalankan bisnis fashion dengan baik tentu diperlukan kejelian dalam pengelolaan unit usaha, baik dari sisi kreatif, produksi maupun pengembangannya. Nah, untuk menghindari kegagalan dalam bisnis, berikut ini saya bagikan kesalahan umum yang sering terjadi dari pelaku bisnis yang boleh jadi akan mengganggu investasi modal awal yang sudah dikeluarkan.

1. Mendesain sebuah busana mengikuti keinginan idealis sepenuhnya dari sang fashion designer tanpa mengkompromikannya dengan selera pasar dengan belajar dari sales history desain apa aja yang selama ini gagal diterima customer. Untuk itu, dibutuhkan masukan juga dari tim operasional di lapangan item fashion apa aja yang bisa diterima customer dan apa alasannya (warnanya, modelnya, coraknya, bahannya, atau fitting-nya?). Semua masukan rutin ini akan membuat  in house fashion designer ke depannya jadi lebih jeli.

2. Memproduksi banyak ragam style/model busana tanpa memperhitungkan kapasitas model item yang bisa dipajang di area jual sehingga pada akhirnya tidak semua model bisa di-display dan menumpuk di gudang. Tentu aja ini akan mengakibatkan barang yang tidak tampil di area jual menjadi "investasi barang mati". Karena itu seorang desainer seharusnya memiliki sebuah standard kerja dalam mendesain style yang disesuaikan dengan modul tipe toko yang berbeda supaya bagian produksi dan distribusi bisa menyesuaikannya.

3. Tidak cermat dalam mengatur produksi yang disesuaikan dengan komposisi warna dan ukuran serta model yang laku. Ini mengakibatkan size, warna dan model yang laku kekurangan stock sementara yang lainnya overstock. Padahal tidak semua warna itu bisa diterima pasar karena customer umumnya akan memilih lebih banyak warna basic. Bagaimanapun juga, menjual celana tentunya, misalnya, lebih gampang daripada menjual rok. Selain itu, juga dibutuhkan ketrampilan untuk tahu size apa yang perlu diproduksi lebih banyak karena itu yang umumnya disukai customer pada umumnya. Untuk itu, komposisi yang tepat dalam mengatur komposisi pengiriman per lusin menjadi penting. Pada umumnya kategori fashion item diproduksi maksimal 20% dari sebuah koleksi karena yang dibeli customer umumnya lebih banyak barang basic atau update.

3. Sering melakukan diskon. Ini mengakibatkan tergerusnya margin keuntungan yang sudah ditargetkan. Lebih dari itu, untuk jangka panjangnya, brand yang sering diskon juga akan mendapat citra yang kurang baik karena sepertinya brand itu banyak memiliki produksi yang gagal dan tidak akan didatangi pembeli bila tidak diskon. Padahal, diskon yang ideal itu harus diagendakan hanya pada periode tertentu dimana ada terkait dengan event seperti cuci gudang atau siklus off season. Dengan demikian event diskon akan menjadi event yang ditunggu dan berdampak pada penjualan.

4. Membeli stock kain sisa karena merasa mendapat produk murah. Ini pemikiran yang salah. Murah tapi tidak bagus buat apa? Tak jarang ada kejadian dimana karena bagian pembeliannya mendapat barang bercorak yang harganya murah maka desainernya diminta membuat beragam desain supaya semua kainnya terpakai habis. Akibatnya tak jarang sang desainer memaksakan corak kain itu diproduksi ke sebuah style yang sebetulnya lebih cocok untuk dibuat di bahan solid.

5. Tidak memiliki mock up store (toko percontohan). Akibatnya produksi produk baru atau pengembangan perubahan usaha yang mau dilakukan sebuah brand langsung dijalankan di banyak outlet serentak. Akibatnya, bilamana gagal maka kerugian investasi yang ditanamkan menjadi besar. Karena itu brand yang cermat umumnya kerap melalukan uji coba barang jenis fashionnya di toko percontohannya dulu dan bila sudah laku baru langsung diproduksi di banyak outlet.

Semoga kesalahan ini bisa menjadi masukan yang berguna buat Anda yang mau mencoba berbisnis fashion untuk tidak mengulanginya yang mengakibatkan kerugian pada investasi awal yang sudah ditanamkan untuk memulai usaha. (Harry Gunawan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15 KARAKTER ENTREPRENUER YANG BAIK

MENDESAIN BUSANA DARI IDE KE PROTOTYPE

MERCHANDISE MIX