FASHION IS MY PASSION
FASHION IS MY PASSION (Part 1)
Kalau ada yang bertanya bagaimana awalnya saya tertarik pada dunia mode dan desain, terus terang Kalau ada yang bertanya kepada saya bagaimana ceritanya saya menyukai dunia mode, terus terang saja, sulit buat saya untuk menjawabnya. Semua seperti mengalir begitu aja. Bagaimana tidak. Sejak kecil sampai saya kuliah di Fakultas Sastra Inggris UI, saya juga bukan termasuk orang yang suka 'dandan' atau tampil modis. Boleh dibilang, waktu itu, "I am just an ordinary guy." Malahan, kesukaan saya saat itu, justru ada pada dunia musik, dimana nonton pertunjukkan musik dan bermain gitar adalah bagian dari hobi saya, dan bukan dunia mode dan kecantikan.
Adalah pertemanan saya, di majalah GADIS, tempat dimana saya bekerja pertama kali di tahun 1982, dengan Almarhumah Cynthia Sujanto, yang boleh jadi telah mengenalkan dunia mode kepada saya.
Semuanya diawali kekaguman saya pada Cynthia Sujanto Alm yang selalu berani berpakaian modis dan tampil beda dengan kebanyakan orang di kantor, tapi menarik untuk dilihat. Selanjutnya, kepandaian Cynthia dalam menulis mode dan menghasilkan halaman mode yang menarik, agaknya, diam diam , juga telah menarik minat saya untuk mengenal dunia mode yang diawali dengan mulai seringnya saya meminjam majalah mode luar negeri seperti Elle, Bazaar dan Vogue ke Cynthia untuk dibaca di waktu luang saya, karena kesukaan saya pada foto foto fashion yang ada di dalamnya yang menarik.
Tak jarang, ikut ikutan Cynthia, saya juga mulai mencoba berani memakai pakaian trendy kreasi desainer beken yang habis difoto untuk Gadis, dimana kita bisa membelinya dengan harga discount. Saya ingat, salah satu kreasi desainer beken Ellyce Seymour, yang modis, adalah salah satu pakaian yang pernah saya beli dan berani memakainya.
Saya sendiri bekerja di majalah Gadis , diawali dengan menulis beragam karangan khas, mulai dari membuat profil, liputan dunia pendidikan, tari, sampai membuat saduran ringan psikologi atau cerita tentang dunia selebriti.
Adalah Cynthia Alm juga yang awalnya mulai mendorong saya untuk mulai menulis liputan fashion show bilamana dia tidak bisa hadir. Tapi, berbeda dengan Cynthia Alm, dalam menulis, saya lebih banyak menampilkan foto dan reportase aja tanpa ada analisa karena saya memang tidak mampu untuk itu (maklum, saya tidak pernah belajar tentang mode atau mengenyam pendidikan seni rupa seperti halnya Cynthia Alm). Selanjutnya, saya juga mulai aktif diajak dalam kepanitiaan Lomba Perancang Mode femina-Gadis yang mengantar saya mulai lebih dalam berkenalan dengan dunia mode dan fashion people di dalamnya.
Adalah Ibu Pia Alisjahbana yang boleh jadi mulai melihat kesukaan saya pada dunia mode yang melihat saya juga punya kemampuan di dunia mode, yang pertama kali menawarkan saya menggantikan posisi Cynthia Alm setelah Cynthia Alm mengundurkan diri dari majalah Gadis untuk mulai membuat majalah MODE.
Awalnya saya juga ragu menerima tawaran ini. Tapi saya tertantang untuk mencobanya karena saya ingat pepatah yang mengatakan "Cintailah apa yang kamu kerjakan dan kerjakanlah apa yang kamu cintai." Karena itulah, saya mencoba memberanikan diri sambil terus belajar mandiri tentang dunia mode dari berbagai referensi dan bergaul dengan fashion people di dalamnya.
Adalah posisi sebagai Redaktur Eksekutif Kewanitaan majalah remaja Gadis yang menjadi jabatan saya terakhir setelah 10 tahun bekerja di sana dan banyak belajar di sana dan mendapat kesempatan untuk melihat dan meliput peragaan busana di Paris Fashion Week sampai ke London Fashion Week dan melakukan pemotretan mode di luar negeri.
Adalah pengalaman saya bekerja juga di majalah Gadis yang membuat saya ikut tertarik untuk membuat juga busana untuk remaja dengan label STATUS by Harry Gunawan setelah melihat belum banyaknya desainer yang membuat pakaian remaja kecuali Rizaldy 1950, Sahari atau Abba.
Busana STATUS inilah yang kemudian menjadi juga materi saya untuk memuatnya di rubrik mode majalah Gadis dan mengikutsertakannya sebagai pakaian untuk pentas parade finalis Pemilihan Gadis Sampul dan pemotretan halaman mode. Tak disangka, busana STATUS ini juga diminati berbagai redaktur mode majalah remaja. Akhirnya, busana STATUS ini makin sering tampil di rubrik mode berbagai majalah remaja dan event fashion show majalah remaja seperti HAI, Mode, Gadis, Anita Cemerlang dan lainnya, termasuk juga liputan mode di TVRI dan sering dipinjam untuk pentas penyanyi. Selain itu, saya juga mulai aktif menjadi pengarah gaya untuk berbagai produk garment mulai dari OSELLA, ARNETT, CONTEMPO, Matahari Dept Store sampai ke Graffiti Jeans. (Harry Gunawan)
Bersambung ke "Fashion is My Passion" (Part 2), cerita tentang kerja saya di dunia retail business
Kalau ada yang bertanya bagaimana awalnya saya tertarik pada dunia mode dan desain, terus terang Kalau ada yang bertanya kepada saya bagaimana ceritanya saya menyukai dunia mode, terus terang saja, sulit buat saya untuk menjawabnya. Semua seperti mengalir begitu aja. Bagaimana tidak. Sejak kecil sampai saya kuliah di Fakultas Sastra Inggris UI, saya juga bukan termasuk orang yang suka 'dandan' atau tampil modis. Boleh dibilang, waktu itu, "I am just an ordinary guy." Malahan, kesukaan saya saat itu, justru ada pada dunia musik, dimana nonton pertunjukkan musik dan bermain gitar adalah bagian dari hobi saya, dan bukan dunia mode dan kecantikan.
Adalah pertemanan saya, di majalah GADIS, tempat dimana saya bekerja pertama kali di tahun 1982, dengan Almarhumah Cynthia Sujanto, yang boleh jadi telah mengenalkan dunia mode kepada saya.
Semuanya diawali kekaguman saya pada Cynthia Sujanto Alm yang selalu berani berpakaian modis dan tampil beda dengan kebanyakan orang di kantor, tapi menarik untuk dilihat. Selanjutnya, kepandaian Cynthia dalam menulis mode dan menghasilkan halaman mode yang menarik, agaknya, diam diam , juga telah menarik minat saya untuk mengenal dunia mode yang diawali dengan mulai seringnya saya meminjam majalah mode luar negeri seperti Elle, Bazaar dan Vogue ke Cynthia untuk dibaca di waktu luang saya, karena kesukaan saya pada foto foto fashion yang ada di dalamnya yang menarik.
Tak jarang, ikut ikutan Cynthia, saya juga mulai mencoba berani memakai pakaian trendy kreasi desainer beken yang habis difoto untuk Gadis, dimana kita bisa membelinya dengan harga discount. Saya ingat, salah satu kreasi desainer beken Ellyce Seymour, yang modis, adalah salah satu pakaian yang pernah saya beli dan berani memakainya.
Saya sendiri bekerja di majalah Gadis , diawali dengan menulis beragam karangan khas, mulai dari membuat profil, liputan dunia pendidikan, tari, sampai membuat saduran ringan psikologi atau cerita tentang dunia selebriti.
Adalah Cynthia Alm juga yang awalnya mulai mendorong saya untuk mulai menulis liputan fashion show bilamana dia tidak bisa hadir. Tapi, berbeda dengan Cynthia Alm, dalam menulis, saya lebih banyak menampilkan foto dan reportase aja tanpa ada analisa karena saya memang tidak mampu untuk itu (maklum, saya tidak pernah belajar tentang mode atau mengenyam pendidikan seni rupa seperti halnya Cynthia Alm). Selanjutnya, saya juga mulai aktif diajak dalam kepanitiaan Lomba Perancang Mode femina-Gadis yang mengantar saya mulai lebih dalam berkenalan dengan dunia mode dan fashion people di dalamnya.
Adalah Ibu Pia Alisjahbana yang boleh jadi mulai melihat kesukaan saya pada dunia mode yang melihat saya juga punya kemampuan di dunia mode, yang pertama kali menawarkan saya menggantikan posisi Cynthia Alm setelah Cynthia Alm mengundurkan diri dari majalah Gadis untuk mulai membuat majalah MODE.
Awalnya saya juga ragu menerima tawaran ini. Tapi saya tertantang untuk mencobanya karena saya ingat pepatah yang mengatakan "Cintailah apa yang kamu kerjakan dan kerjakanlah apa yang kamu cintai." Karena itulah, saya mencoba memberanikan diri sambil terus belajar mandiri tentang dunia mode dari berbagai referensi dan bergaul dengan fashion people di dalamnya.
Adalah posisi sebagai Redaktur Eksekutif Kewanitaan majalah remaja Gadis yang menjadi jabatan saya terakhir setelah 10 tahun bekerja di sana dan banyak belajar di sana dan mendapat kesempatan untuk melihat dan meliput peragaan busana di Paris Fashion Week sampai ke London Fashion Week dan melakukan pemotretan mode di luar negeri.
Adalah pengalaman saya bekerja juga di majalah Gadis yang membuat saya ikut tertarik untuk membuat juga busana untuk remaja dengan label STATUS by Harry Gunawan setelah melihat belum banyaknya desainer yang membuat pakaian remaja kecuali Rizaldy 1950, Sahari atau Abba.
Busana STATUS inilah yang kemudian menjadi juga materi saya untuk memuatnya di rubrik mode majalah Gadis dan mengikutsertakannya sebagai pakaian untuk pentas parade finalis Pemilihan Gadis Sampul dan pemotretan halaman mode. Tak disangka, busana STATUS ini juga diminati berbagai redaktur mode majalah remaja. Akhirnya, busana STATUS ini makin sering tampil di rubrik mode berbagai majalah remaja dan event fashion show majalah remaja seperti HAI, Mode, Gadis, Anita Cemerlang dan lainnya, termasuk juga liputan mode di TVRI dan sering dipinjam untuk pentas penyanyi. Selain itu, saya juga mulai aktif menjadi pengarah gaya untuk berbagai produk garment mulai dari OSELLA, ARNETT, CONTEMPO, Matahari Dept Store sampai ke Graffiti Jeans. (Harry Gunawan)
Bersambung ke "Fashion is My Passion" (Part 2), cerita tentang kerja saya di dunia retail business
Komentar
Posting Komentar